MAGETAN | GADING.NEWS — Sarasehan Memperingati hari jadi ke 345 Kab Magetan dengan tema ” Bedah sejarah Kabupaten Magetan” dilaksanakan di Pendopo Surya Graha, Sabtu (24/10/2020).
Saresahen ini juga dihadiri Bupati Magetan Dr. Drs Suprawoto, SH. MSI, Sekretaris Daerah Kab Magetan Hergunadi MT, serta Forkopimda Kabupaten Magetan.Bertindak selaku moderator Prof.Pieter Carry.
Dalam sambutan Bupati Magetan menyampaikan agar di sekolah-sekolah yang ada di Magetan membuat tulisan sejarah sekolahnya sendiri, semisalnya sejarah sekolah SMP 1 Magetan, SMP 4, SMP 1 Maospati “paparnya
Bupati juga meminta pada desa setiap desa membuat sejarah desanya sendiri sehingga termuat suatu kompilasi menjadi sejarah peta kelurahan diseluruh Kabupaten Magetan”imbuhnya
Saat saresehan juga di dibacakan secara singkat sejarah Kabupaten Magetan yang di sampaikan Prof.Pieter Carry. Pada tahun 1645 Sultan Agung Hanyokrokusumo Raja Mataram wafat.
Beliau digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Amangkurat Iyang menduduki tahta kerajaan Mataram. tahun 1646-1677 berbeda dengan mendiang ayahnya Sultan Amangkurat I bersifat lemah terhadap VOC, bahkan mau bekerja sama dengan kompeni belanda itu, sehingga menimbulkan rasa kecewa dari banyak pihak, terutama kaum ulama’ serta daerah-daerah manca negara. di sana sini banyak pihak yang memberontak.
Pada suatu ketika Basah Gondokusumo atau Basah Bibit, yakni kerabat keraton Mataram beserta pangeran Nrang Kusumo Patih Mataram diusir oleh sultan Amangkurat I karena dituduh bersatu dengan pemberontak.
Basah Gondokusumo dijatuhi hukuman pengasingan di Semarang, di tempat kediaman kakeknya yang bernama Basah Suryaningrat. Sedangkan Pangeran Nrang Kusumo kemudian pergi bertapa ke daerah sebelah timur Gunung Lawu.
Akhirnya Basah Gondokusumo bersama-sama dengan Basah Suryaningrat pergi ke sebelah timur Gunung Lawu mencari tempat pemukiman yang baru. disini oleh Ki Ageng Mageti yang cikal bakal daerah ini beliau berdua diberi sebidang tanah untuk bermukim.
Setelah mapan Suryoningrat mewisuda cucu beliau yakni Basah Gondokusumo menjadi penguasa di tempat baru ini dengan gelar “Yosonegoro”, yang kemudian dikenal sebagai Bupati Yosonegoro yakni pada tanggal 12 Oktober 1675, sedang tanah baru itu diberi nama “Magetian” karena tanah tersebut sebagai jasa pemberian Ki Ageng Mageti.
Peristiwa penobatan sebagai bupati pertama ini ditandatangani dengan Warsa Sangkala ‘MANUNGGALING RASA SUKO HAMBANGUN”, daerah Magetan merupakan suatu daerah yang perbatasannya sebelah barat dengan gunung lawu menuju ke barat daya merupakan deretan Sidaramping, Gunung Jabolarang dan Gunung Kukusan berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah,
Di sebelah utara merupakan daratan yang bergelombang naik mengarah ke timur sampai dengan barat ke kaki Gunung Lawu berbatasan dengan Kabupaten Ngawi, sebelah selatan merupakan dataran rendah berbatasan dengan Kabupaten Madiun.
Sungai yang memotong daerah Magetan menjadi dua bagian mulai dari pangkal sumber di bawah Cemorosewu, Gunung Kendil dan Gunung Sidoramping adalah Sungai Gandong yang merupakan jalur bersejarah penuh dengan misteri dan ditaburi dengan makam-makam jaman kuno, di Kabupaten Magetan banyak ditemukan peninggalan-peninggalan sejarah yang berupa petilasan bangunan-bangunann purbakala maupun petilsan bekas pusat pemerintahan.
Makam leluhur Magetan (Patih Nrang Kusumo dan Patih Ngariboyo II) di Dukuh Njelok Desa Bulukerto Kota Magetan dan makam Kanjeng Adipati Purwodiningrat, mertua Hamengku Buwono di Desa Pacalan Kecamatan Plaosan juga merupakan bukti sejarah.