NGAWI | GADING.NEWS — Tembakau di kabupaten Ngawi mulai bulan Agustus hingga bulan Oktober telah mengalami masa panen raya tembakau. Luas panen tembakau di kabupaten Ngawi pada tahun ini mengalami kenaikan yang cukup signifikan dibandingkan tahun lalu lebih kurang 100%.
Peningkatan areal tembakau tersebut disebabkan faktor cuaca, yang kering dan ketersediaan air di lahan sawah yang berkurang serta motivasi petani menanam tembakau yang cukup tinggi. Di samping karena hasil panen/produksi yang lebih tinggi, kualitas tembakau juga lebih bagus di musim kering dan proses pengeringan daun juga lebih bermutu. Selain ditentukan penanganan saat budidaya, mutu tembakau juga sangat ditentukan pada saat panen dan pasca panen.
Keadaan alam yang mendukung keberhasilan tanaman tembakau dapat meningkatkan produksi dan produktivitas serta mutu tembakau di Kabupaten Ngawi. Kenaikan produktivitas di tahun sebelumnya rata-rata 1,2 ton/Ha pada tahun 2019 bisa mencapai 1,8 Ton/Ha.
Harga tertinggi di bulan Agustus mencapai Rp 40.000,- per Kg dan terrendah Rp 20.000,-/Kg. Namun dengan adanya kebijakan pemerintah menaikkan cukai tembakau sebesar 23% harganya merosot tajam, harga tertinggi menurun menjadi Rp 32.000/Kg dan terrendah tinggal Rp 15.000/Kg. Karena diimbangi dengan produksi dan mutunya yang relatif tinggi tersebut maka dari perhitungan analisa usaha tani tembakau, petani masih untung.
Kualitas hasil tembakau ditentukan oleh penanganan panen dan pasca nya. Daun-daun tembakau yang telah dipanen masih harus mengalami proses pengolahan sebelum sampai ke gudang atau pun ke konsumen akhir. Mengolah hasil tembakau tidaklah semudah dan sesederhana seperti hasil panen lainnya seperti padi, jagung ataupun sayuran lainnya. Penanganan panen dan pasca panen tembakau diperlukan waktu yang panjang, ketelatenan dan kesabaran. Tahapan yang pertama adalah memanen daun tembakau.
Memanen/memetik daun tembakau tidaklah mudah, harus bertahap dari bawah hingga daun paling atas yang memerlukan waktu sampai 4 bulan. Dari petik pertama hingga petik terakhir akan dihasilkan kualitas tembakau yang berbeda-beda. Setelah dipetik daun tembakau harus melalui proses pemeraman (diimbu) selama beberapa hari untuk mengurangi kadar air dalam daun. Lama pemeraman juga harus tepat waktu tidak boleh berkurang atau berlebih karena akan menentukan kematangan dan kebusukan daun.
Tahapan yang kedua adalah perajangan, cara perajangan tembakau juga sangat menentukan kualitas tembakau yang dihasilkan. Saat ini petani tembakau sudah dimudahkan dengan adanya mesin perajang tembakau yang lebih cepat, efektif dan efisien dibandingkan dengan cara manual. Ngeler adalah proses menata rajangan ke dalam widig untuk kemudian dijemur. Perlu ketelatenan, ketrampilan dan keseriusan dalam proses ini karena rajangan tembakau hrus tetap rapi dan memanjang sehingga setelah kering mudah digulung. Tahapan ketiga adalah penjemuran dan pengemasan.
Daun tembakau dijemur sampai cukup kekeringannya, kemudian ditaruh di udara terbuka semalam sampai “ayem” kemudian digulung dan dicetak dengan kotak kayu atau di ball. Baru kemudian dikemas dengan karung goni atau di “ball”. Dalam proses penjemuran selain harus dibolak balik , dan harus waspada terhadap cuaca, jangan sampai kena air hujan karena jika kehujanan tembakau akan membusuk dan tidak layak untuk dijual.
Untuk meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan petani dalam panen dan pasca panen tembakau, Dinas Pertanian melalui Kegiatan Penanganan Panen dan Pasca Panen Bahan baku TA 2019 mengadakan pelatihan panen dan pasca panen tembakau yang diikuti oleh beberapa ketua kelompok tani tembakau dan pengurus APTI Kab Ngawi. Materi Pelatihan meliputi usaha tani tembakau dan teori serta praktek pasca panen tembakau. Materi usaha tani tembakau membahas peluang-peluang pasar dan kelembagaan petaninya
Selain Pelatihan Penanganan Pasca Panen Tembakau, untuk menambah wawasan dan pengalaman petani juga diadakan kunjungan lapang petani tembakau, APTI dan petugas pertanian ke Kabupaten Sumenep. Dengan kunjungan lapang tersebut diharapkan petani tembakau kabupaten ngawi dapat mengambil manfaat terutama dalam proses pasca panen dan keberhasilan dalam membangun kemitraan dengan perusahaan-perusahan rokok di Indonesia.(eko)