Yuk Wisata ke Museum Trinil di Ngawi

0
286
Space Iklan

NGAWI | GADINGNEWS —  Mengisi liburan tidak harus jauh dan memakan biaya yang terlalu mahal bila mudik ke Ngawi. Kabupaten Ngawi melalui OPD Dinas Disparpora Ngawi, menyediakan tempat-tempat wisata luar biasa tidak kalah dengan kota lain.

Salah satunya wisata Museum Trinil yang berlokasi di Desa Kawu, Kedunggalar Ngawi, sekitar 15 km dari pusat Kota Ngawi, Jawa Timur. Dari wisata bersejarah sampai wilayah yang mempunyai suasana alam yang sangat menyegarkan. ”Umumnya yang datang adalah para pemudik yang berasal dari Tanggerang, Jabar, dan Jakarta. Mereka  menghabiskan waktu libur sambil mengunjungi ke tempat wisata yang bernuansa ilmu pengetahuan dan sejarah itu yang mereka cari,” kata Kepala OPD Dinas Disparpora Ngawi, Rahmat Didik Purwanto.

Keindahan arsitektur bangunan dari Museum Trinil dan aura alam desa yang sederhana terlihat unik dan mampu menarik perhatian para wisatawan untuk mampir berlibur, sekaligus melihat langsung sejarah dan tidak hanya cerita.

Baik wisatawan lokal maupun wisatawan asing tentu penasaran cerita silsilah peradapan dari kehidupan masa terdahulu ribuan tahun lalu. Sejarah katakan terdapat tugu peringatan, dimana tugu tersebut dibangun oleh seorang ilmuwan asal Belanda yang bernama Eugene Dubois.

Tugu tersebut dijadikan sebagai tanda ditemukannya fosil manusia kera yang berdiri tegak “Pithecantropus Erectus” yang berupa tengkorak dan tulang paha, penemuan ini dikategorikan dalam genus “Homo Erectus” asal Jawa.

Halaman museum, banyak ditemukan patung hewan purba. Dari lokasi ini kita dapat melihat koleksi binatang purba yang berukuran lebih besar dibanding hewan sekarang. Adapun nama Trinil beasal ditemukannya situs fosil makhluk purba pada ribuan tahun yang lalu dari tiga desa. Berawal dari tiga nama desa yang menjadi objek penelitian Eugene Dubois mengenai Fosil. Dimana tiga desa tersebut meilputi Desa Kawu, Desa Gemarang dan Desa Ngancar, sehingga diberi sebutan Tri.

Sedangkan untuk lokasi ketiga desa tersebut berada dalam kawasan bengawan Solo dimana bengawan ini memiliki debit air yang besar seperti  sungai Nil yang berada di Mesir sehingga dikiaskan dengan sungai Nil dan jadilah nama yang disebut Trinil.

Ada manfaat lain hingga saat ini museum Trinil sering dikunjungi oleh pelajar dan kalangan akademisi. Selain berwisata, mereka juga dapat memperoleh banyak pengetahuan serta pengalaman mengenai fosil, penelitian ilmiah juga sering dilakukan oleh para peneliti untuk mengungkapkan sejarah pada zaman purba.

Para pemudik boleh ambil gambar saat memasuki area museum, dengan menemukan ruangan yang berisi beraneka macam pameran fosil hewan dan tumbuhan. Beberapa fosil hewan banyak ragamnya, seperti bagian gading gajah purba, banteng purba, tulang rahang bawah macan, tanduk kerbau purba dan jenis hewan purba lainnya. Fosil-fosil tersebut terlihat tertata rapi di dalam almari dan masing-masing fosil diberi keterangan yang mengisahkan masing-masing benda purba umur dan nama latinnya serta dimana ditemukan. Koleksi batu di zaman purba.

Untuk jenis batu yang dipamerkan berupa batu andesit, batu bata, batu putih, terakota, keramik dan logam. Sebenarnya di museum Trinil ini masih memiliki banyak koleksi, terdapat 1.500 fosil, namun yang dipamerkan kepada pengunjung baru sekitar 1.000. Selebihnya masih dalam proses penataan dan masih disimpan dalam gudang museum.

Melihat fosil yang berada di tempat wisata Museum Trinil ini seakan kita merasakan hidup di tengah masyarakat purba pada ribuan tahun yang lalu. Di mana manusia mampu bertahan hidup dengan keadaan yang masih primitif.

Selain koleksi berbagai fosil yang menjadi andalan yang dipamerkan di Museum Trinil, di lokasi ini juga terdapat fasilitas yang dapat dinikmati pengunjung. Di kawasan wisata Trinil cocok untuk berlibur karena terdapat area bermain anak-anak di mana anak-anak bebas bermain sesuai yang diinginkan dengan catatan masih tetap dalam pengawasan, ruang pembelian tiket, ruang informasi, ruang studi koleksi, dan ruang laboratorium, terdapat pula toilet umum, tempat ibadah serta area parkir yang luas. Gasebo dan pendopo untuk istirahat keluarga besar setelah menikmati indahnya sejarah trinil.

Untuk dapat memasuki kawasan wisata dan melihat semua jenis koleksi fosil di museum, untuk konstribusi yang ditentukan kepada pengunjung hanya Rp. 5.000 bagi wisatwan lokal serta Rp. 10.000 bagi wisatawan asing. Buka selasa sampai hari minggu. Hari senen libur. (eko)

 

 

 

Share this:

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here